Mungkin ini sejarahku. Mengais
dikala awan tersenyum. Tapi aku yakin awan berkaca-kaca. Meninggalkan setengah
nyawa bersama jejak yang tinggal jejak nantinya. Bercerita hanya melalui judul
dan nama, lalu berbagi air mata yang abadi. Awan mengais isi hatiku, tanpa
seorang pujangga yang meninggikannya. Dan tanpa penerang jalan yang berteriak
dikegelapan.
Ini
pantas disebut rahasiaku, hanya aku yang bersua derita dan pantas menutup
keangkuhan yang berjalan mengitari kepala atasku. Ini sebenarnya aku, yang
meretas mimpi demi seekor kunang-kunang malang. Mungkin ini detik terakhirku,
meniru awan memasuki pintu gerbang yang berbalut kabut.
Sudah-sudah,
aku minta maaf. Karena aku bukan sebuah pintu yang bisa mengantarkan awan
sampai pada langit. Maaf ya,,,
0 komentar:
Posting Komentar