Dua seperdelapan waktuku
berubah debu yang dimana saja dia jatuh. Tanpa sosok pengagum yang
tersakiti atasnya, yang tak ada kepalsuan diatasnya. Aku benci
kegilaan datang pada saat ini, yang aku pulang membawa
jendela-jendela itu. Lalu waktuku diukir senja kusut yang menyuruhku
tunduk di sebuah kubus yang terletak kubah diatasnya. Sambil
menampung tangan “Tuhan, nyatakanlah ini...”. Dan ditutup dengan
kata “Kamu”.
Senin, 28 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar