Kalimatnya serupa dengan kalimatmu
“Bila saja kau hadir untuk meramaikan kata-kata”
Bila mana aku datang meramaikan kata?
Bila-bila aku ingin mengerti isi kalimatmu
Aku sudah siap menghadiri pesta kata
Sudah necis dengan setelan mantel biru
Berbekal kata di saku kanan dan menyembunyikan sisa
nafas di saku kiri
Aku mulai bermesraan kepada langkah
Yang membawaku menuju hajat mu
Sampailah aku kepada harapmu
Dengan nafas yang tersengal-sengal
Sehabis lari dari kejaran sepi yang menodong
kata-kataku
Mengapa aku tidak melihat kepala-kepala yang membawa
sekantong kata?
Kau berkata “undangan itu hanya sampai kepadamu, aku
kira aku akan bermonolog lagi dihadapan cermin”
Apakah dua kepala yang berhadapan itu pesta?
Aku mengeluarkan kata dan meletakkannya dibibir meja
Kau menatapku penuh tanda tanya, lalu?
Sembari membuka bekal;
Syahdan,
ketika aku menyusuri malam. Ada yang datang dengan wajah pucat pasi, aku tahu
ialah kesepian. Kata-kata ku ketakutan mereka berlari kesudut-sudut saku
terdalam dan mendekapku begitu erat. Katanya ada seorang wanita sedang
dirundung kesedihan karena kata-katanya ditodong oleh kesepian dalam perjalanan
menuju rumahku. Sehingga wanita itu setiap malam bermonolog dihadapan cermin
didepan halusinasi. Aku berlari menuju rumahmu dengan sisa sepatu yang masih
melekat dikakiku, karena satunya lepas saat aku berlari, mungkin aku belum
sempat mengikatnya.
Kau berkata “aku ingin saku kirimu”
Ternyata kau cepat sekali sadar
Bahwa aku dan kau adalah kata-kata yang dirampas kesepian.
(Jatinangor, 2018)
0 komentar:
Posting Komentar