Minggu, 18 November 2018

Pesta Kata

Kartu undangan pesta membaca waktu kerjaku
Kalimatnya serupa dengan kalimatmu
“Bila saja kau hadir untuk meramaikan kata-kata”
Bila mana aku datang meramaikan kata?
Bila-bila aku ingin mengerti isi kalimatmu

Aku sudah siap menghadiri pesta kata
Sudah necis dengan setelan mantel biru
Berbekal kata di saku kanan dan menyembunyikan sisa nafas di saku kiri
Aku mulai bermesraan kepada langkah
Yang membawaku menuju hajat mu

Sampailah aku kepada harapmu
Dengan nafas yang tersengal-sengal
Sehabis lari dari kejaran sepi yang menodong kata-kataku
Mengapa aku tidak melihat kepala-kepala yang membawa sekantong kata?
Kau berkata “undangan itu hanya sampai kepadamu, aku kira aku akan bermonolog lagi dihadapan cermin”
Apakah dua kepala yang berhadapan itu pesta?

Aku mengeluarkan kata dan meletakkannya dibibir meja
Kau menatapku penuh tanda tanya, lalu?
Sembari membuka bekal;
Syahdan, ketika aku menyusuri malam. Ada yang datang dengan wajah pucat pasi, aku tahu ialah kesepian. Kata-kata ku ketakutan mereka berlari kesudut-sudut saku terdalam dan mendekapku begitu erat. Katanya ada seorang wanita sedang dirundung kesedihan karena kata-katanya ditodong oleh kesepian dalam perjalanan menuju rumahku. Sehingga wanita itu setiap malam bermonolog dihadapan cermin didepan halusinasi. Aku berlari menuju rumahmu dengan sisa sepatu yang masih melekat dikakiku, karena satunya lepas saat aku berlari, mungkin aku belum sempat mengikatnya.

Kau berkata “aku ingin saku kirimu”
Ternyata kau cepat sekali sadar
Bahwa aku dan kau adalah kata-kata yang  dirampas kesepian.

(Jatinangor, 2018)











0 komentar: