Dengan rasa kantuk yang mengunci mata
Aku gelayaran menyembunyikan kunci
Pada headline
malam yang menyekang kepala
Si langit keparat selalu saja mengencingi bunga
tidurku
Dengan perasaan rindu yang berulang-ulang mengecap
tidurku
Kau datang dengan bau rindu yang menjelma tubuhmu
Dengan tatap yang menyisiri sudut-sudut mataku
Mencari dimana aku menggerutu tentang rindu
Kaca- kaca yang mengisi matamu mulai berjatuhan
Kau berkata aku adalah anjing malam yang liar
Kaingku selalu membangunkan bau rindu
Yang kau hidu beserta aroma tubuhku
Kembali,
Si langit keparat menjatuhkan hujan sebagai hidangan
baru
Yang menemani jatuhnya air matamu
Katamu kau ingin menjinakkan aku
Agar tak galak dalam setiap salak
Aku berbisik dalam dekapan paling purba
Jangan pernah sesekali kau menjinakkanku
Biarlah anjing liarmu tetap galak dalam menyalak
Karena aku adalah anjing penyalak rindu
Dan puan,
Rindu adalah kopi
Yang saban malam aku hidu aromanya
Yang pahit menjaga sabar dalam pahatan wajahnya
Dan panas kenangan yang menggenang
Kau menyeka air matamu
Dan berkata: “jangan lupa pulang untuk makan malam”
Aku terjaga,
Asu! Rindu tak kenal waktu
Di pagi buta aku sudah diserang rindu
Bila-bila aku ingin mengenalkannya dengan waktu
Agar asu tidak berteriak asu karena rindu
(Jatinangor, 2018)
0 komentar:
Posting Komentar