Rabu, 03 September 2014

Mata Cermin

Malam ini aku akan tidur di matamu.
Matamu yang serupa mata kucing di pekat 
malam. Sehingga aku tak perlu 
membawa perhiasan untuk tidur di matamu
karena binarnya lebih dari kata hangat
sekedar nafas di jamuan gulingku.
Dan selagi aku tidur jangan kau katupkan
kelopak matamu yang mulai ragu itu,
membuatku terjatuh pada taringmu
serupa taring anak macan yang
izrail menungguku disana bersama pisau dapurmu.

Dari pantulan cermin yang berkarat
aku mencalang matamu yang malu itu
masih ragu. Dan aku menunggumu
yang ragu sedang bercermin dengan khusyu
sembari mencelekkan matamu kemudian
mengatupkannya lagi. Kalau begitu
jemputlah aku di cakruk kepunyaan aba.
Aku akan menunggumu sampai kau tidak ragu
di cakruk itu sembari melepas rindu
milik aba yang telah berkaing-kaing
hingga jantungku menggigil sempurna.

Jangan terlalu lama kau khusyu bercermin,
menilik hidungmu laksana kuntum seroja.
Karena sekarang sudah pukul 21.00 , jam ini
terlambat 1 jam dari kewarasannya. Bukan
aku yang membuat jam ini gila, tapi gadis
yang dulu matanya pernah aku tidur
didalamnya. Tak ada keraguan dibola
matanya dan binarnya yang hangat.
Hingga aku dan jiwaku sempat menari disana
kemudian tidur dan terbangun di lensa
matanya, aku sempat memandangi kelopak matanya
namun dia hanya berkata ;
“Tenanglah, sengaja tak kuundang izrail di taringku,
dan ku buat jam ini gila agar kau bisa lebih
lama tidur bersama binarku di mata ini”

Dan sekarang dingin mulai merebahkan badannya
yang letih diatas badanku.
Kukira kau lama sekali didepan cermin.
Sebegitu khusyukah kau bercermin ?
Dan membersihkan cermin itu dari
karat yang menghinggapi bingkainya ?
Hanya sedikit yang bisa kulihat,
kulihat kau tertidur dimatamu sendiri,
agar kau tahu betapa ragu matamu.

- Bogor,2014 -