Kamis, 17 September 2015

Apakah Ini Puisi ?

/1/
Suara adzan bersusun-susun mengapung diatas cangkir, malam telah dihidang Tuhan menjadi aku dan waktu. Yang berkejaran diatas piring, menunggu kapan suaramu tak menyerupai sebatang pohong yang dikerdilkan tangan yang disamarkan gerhana.

/2/
Ada sepi terkubur bersama pasir, menyembunyikan kisah, sejarah dan catatan harapan, disampaikan kepada deru jalanan. Orang-orang yang memburu kecemasan.

/3/
Aku tidak menutup mata
Aku mencoba mengerti rasa terang,
Namun gelap membungkusku.

Aku belajar memahami makna cahaya…

/4/
Meski kau berkali-kali mewarnai ulang, dan berkali-kali pula menambahkan dengan gradasi tebal tipis yang teliti. Agar terlihat jelas (di gambarmu), bagaimana kau memburu gelap ketika menyimpan terang. Atau terang menyelimuti tenang. Atau mungkin ketika diantara keduanya, terselip sebait hujan seperti ini;

Tik.. tik.. tik.. Kau mau anggurku???

/5/
Terkadang kau harus berikhtiar saban malam.
Agar angina ribut menjadi angin kecil yang
Memugar merah melingkar di tengkukku.

“Apakah koinmu tertinggal dikepalaku???”

/6/
Matahari dan bulan bertukar cahaya
Kau berkata cahaya terang akan segera terbit
Setelah gelap menghapus jejaknya dari pejalan kakia
Bilamana benar begitu adanya
Malam ini akan aku matikan lampu dikepalamu
Walau gelap membungkus mataku untuk dibawa pulang.

Jatinangor, 2015

0 komentar: