Selasa, 06 November 2018

Belajar Mengingat

  :Svi
 
Kau adalah biji kopi yang kutanam
dengan rasa rindu yang paling mendalam.
Dan buku-buku yang membaca mataku
melihat kau sedang terkekang rindu
karena baris dari puisiku akan menjadi sebuah pertanyaanmu

kau adalah jalan yang pernah kulupakan,
yang kerap mengisahkanku
tentang ingatan yang mengelilingi tiap sudut jalanmu
dan pada cangkir
yang belum sempat kau tuang dengan rasa pahit kopimu.

akulah petani kopi,
Tiap rindu yang kutanam dalam hatimu
Dengan warna manis dan pahit yang diundi.
adakah yang kau anggap puisi hanya menyusun baris dan menciptakan takdir?
Aku lebih keras menentang takdirku
Dan kau tahu?
Tentu saja Tuhan selalu menang jika berjudi.
Aku hanya ikan kecilnya
Yang berusaha keluar dari akuarium.
Dan tumbuh seperti pohon diberanda
Tempat kita berpikir dengan cangkir-cangkir pahitmu.

Aku tahu,
Kau belum bertanya tentang baris puisiku.
Karena setiap kata yang membaca matamu
Semakin membuatmu menjadi tukang kebunku.

Belakangan naskah lama berubah warna
Kian mendung
Dari tempat yang jauh, kau menulis puisi
Dengan diksi yang berulang-ulang
“Aku mengingatnya ! Aku mengingatnya!”
Ada apa dengan hujan yang deras dikotaku?
Dan ada apa dengan ekor-ekor anjingku?

Apakah kau sadar setiap kata, ada huruf yang saling berkaitan?

Lalu,
Apakah kau sudah bertanya tentang baris-barisku?

Maksudnya?

(Jatinangor, 2018)






















1 komentar:

Tedi Maulana Agustian mengatakan...

NiceOne Rob, Good Luck